Senin, 21 November 2011

MAHASISWA PENGUKIR PRESTASI


Oleh:Fresty Restu Pertiwi

 Mendengar kata mahasiswa apa yang terbayangkan oleh kita? sosok pembuat onar, tawuran, demo, perusak lalu lintas, atau…
Masih ingatkah, siaran berita di televisi satu tahun yang lalu yang memberitakan demo sejumlah mahasiswa di Makassar bersikap anarkis pada aksi demonstrasi memperingati tentang satu tahun pemerintahan SBY-Boediono. Para mahasiswa memalangkan sebuah mobil yang sebelumnya mereka sandera dari pengemudi, sehingga lalu lintas semakin lumpuh. Bahkan, mereka juga menghancurkan lampu merah yang terpampang di simpang jalan dekat kampus Universitas Hasanudin. Para mahasiswa terus berorasi menuntut Presiden SBY mundur dari jabatannya.
Memang ada sebagian orang yang mengatakan bahwa mahasiswa dikenal sebagai sosok yang negatif. Tapi, mereka yang melakukan tindakan negatif  adalah oknum-oknum tertentu yang ingin merusak citra mahasiswa sebagai agent of change untuk bangsa. Ternyata ada seabreg sisi positif yang dapat kita ukir. Salah satu faktanya adalah pada tahun 2011 ini sebanyak 16.565 mahasiswa PT se-Indonesia mengikuti olimpiade sains nasional, dalam hal ini Indonesia mengalami peningkatan sebanyak 22,7% peserta OSN. Hal tersebut adalah tindakan yang positif untuk meraih prestasi sebagai mahasiswa yang dapat mengangkat martabat bangsa.
Sekarang, tulislah cita-citamu, mimpi-mimpimu yang akan diraih selama di bangku perkuliahan. Karena dengan cara ini sangat membantu dan memotivasi untuk menjadi insan yang berguna untuk diri sendiri, keluarga, agama dan bangsa. Kemudian, pajang di kamarmu yang nantinya akan kamu warnai dengan jejak-jejak yang nyata.
Tujuan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi tentunya untuk mendapat kehidupan yang lebih layak, menjadi orang yang  berhasil dan menjadi orang yang sukses. kesuksesan seseorang rahasianya  hanya ada 1 kunci.
Dr. Ibrahim Al Fiqqi seorang motivator menulis dalam bukunya Menuju Tangga Kesuksesan diceritakan olehnya, seorang pemuda ketika mendatangi seorang penguasa tiongkok untuk belajar tentang rahasia kesuksesan.
Ia bertanya kepada penguasa tersebut:”Apakah anda berkenan untuk menceritakan rahasia kesuksesan kepada saya?
Penguasa Tiongkok itu menjawab dengan tenang:”Rahasianya adalah Motivasi.”
Pemuda itu lalu bertanya lagi: “Darimana datangnya motivasi itu?”
 penguasa menjawab: ”Dari keinginanmu yang membara.”
Dengan heran pemuda tadi menimpalinya: ”Bagaimana bisa kita memiliki keinginan yang membara?” kemudian penguasa tadi meminta ijin beberapa saat, lalu kembali dengan membawa bejana yang berisi air, dan bertanya pada pemuda tersebut:” Apakah kamu benar-benar ingin mengetahui sumber keinginan yang membara tersebut?” pemuda itu menjawab dengan penuh semangat:”Tentu”. Penguasa tadi memintanya untuk mendekati bejana yang berisi air, tiba-tiba penguasa tadi menekan kepala pemuda itu dengan kedua tangannya dan membenamkan kedalam bejana air. Selang beberapa saat pemuda itu bergerak, lalu memulai mengeluarkan kepalanya dari air dengan perlahan. Ketika Ia mulai kehabisan nafas, ia mulai berontak sehingga bisa melepaskan diri dan mengeluarkan kepalanya dari air. Lalu Ia menatap penguasa itu dengan penuh amarah:” Apa yang anda lakukan?” dengan tenang sembari senyum, penguasa tadi balik bertanya: ”Apa yang telah kamu pelajari dari kejadian tadi?” Pemuda itu menjawab:”Aku tidak mempelajari apa-apa!”. Penguasa tadi memandangnya dan berkata: ”Tidak, anakku, kamu telah mempelajari banyak hal. Selama detik-detik pertama kamu ingin mengeluarkan dirimu dari air, namun motivasimu belum cukup untuk melakukannya. Setelah itu kamu selalu ingin membebaskan dirimu sehingga kamu mulai bergerak dan berontak akan tetapi dengan perlahan. Itu karena motivasimu belum sampai pada puncaknya. Akhirnya, kamu memiliki keinginan kuat untuk membebaskan dirimu. Pada saat itu kamu telah berhasil. Sebab tidak ada kekuatan lain yang mampu menghentikanmu.”
Ketika kita mempunyai cita-cita yang akan kita gapai untuk meraih kesuksesan maka modalnya adalah motivasi yang sangat kuat, motivasi yang tidak dapat terkalahkan dari godaan-godaan yang dapat menjerumuskan kita kepada kesesatan. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama mengubah image masyarakat terhadap mahasiswa dengan prestasi-prestasi yang kita ukir, bahwa mahasiswa dapat menjadi agent of change yaitu mengubah peradaban menjadi lebih baik untuk bangsa Indonesia.

HIDUP MAHASISWA!

IBU ADALAH PENDIDIK BANGSA

-->
Oleh: Fresty Restu Pertiwi



Keluarga merupakan tempat pendidikan anak paling awal dan yang memberikan warna dominan bagi anak (keluarga sebagai lembaga pendidikan).  Pendidikan keluarga berarti berbicara tentang perempuan sebagai seorang ibu. Karena yang lebih banyak waktu untuk mendidik anak-anaknya adalah ibu.
Perempuan (ibu) adalah “pendidik bangsa” sebagaimana dinyatakan oleh Hafedz Ibrahim Roqib

“Ibu adalah sekolah bila kau persiapkan
Engkau telah mempersiapkan rakyat yang baik lagi kuat”

Nurokhim dalam artikelnya yang berjudul “Membangun Karakter dan Watak Bangsa Melalui Pendidikan Mutlak Diperlukan” mengatakan bahwa pendidikan atau mendidik anak selain mentransferkan ilmu juga yang lebih utama adalah dapat mengubah atau membentuk karakter dan watak seseorang agar menjadi lebih baik, sopan dalam tataran etika maupun estetika dalam perilaku kehidupan sehari-hari.
Pendidikan adalah untuk semua (education for all) dan berlangsung selama hayat di kandung badan. Peran ibu sebagai pendidik tetap akan relevan, efektif, efisien dan merata pada setiap individu bangsa. Sebab, setiap anak tidak terlepas dari peran ibunya.
Kunci utama adalah ada pada peran seorang ibu yang mendidik anak-anaknya. Memang benar pepatah mengatakan bahwa “Perempuan adalah tiangnya Negara” yang diartikan bahwa jika perempuan-perempuan yang ada di Negara tersebut baik, maka baiklah negara itu. Namun apabila perempuan-perempuannya hancur maka hancurlah negara tersebut.
Namun, pada saat ini bangsa kita sedang dilanda oleh adanya krisis keteladanan dari seorang ibu. Imbas dari era modern saat ini menjadikan kehidupan bergaul yang bebas tanpa mengenal batas-batas kewajaran. Oleh sebab itu, ibu harus memberikan teladan yang baik untuk anak-anaknya karena sifat dari seorang ibu akan dilihat langsung dan dirasakan oleh anaknya.
Jadilah seorang ibu yang baik. Menurut Roqib mengatakan bahwa “Ibu yang baik akan memberikan satu tradisi yang baik dan berguna bagi anak-anaknya. Dan tradisi yang baik diantaranya adalah melekatkan hati sang anak dengan masyarakatnya melalui berbagai aktivitas yang berguna” artinya tidak terlalu mengekang anak namun membiarkan anak untuk bersosialisasi dengan masyarakat dalam hal positif tetapi tetap dalam pengawasan orang tua dan yang paling penting adalah memberikan kepercayaan kepada sang anak.
Maka dari pendidikan tersebut diharapkan anak akan tercetak menjadi manusia yang bermartabat, memiliki kemandirian dan sadar akan hak, kebebasan serta eksistensinya. Pada saat yang sama dia akan sadar bahwa penghargaan terhadap harkat dan martabat orang lain juga selalu menjadi landasan dalam berpikir maupun bertindak.
Orang tua khususnya seorang ibu pun sebaiknya memberikan nasehat-nasehat berharga kepada anak-anaknya sejak mereka masih kecil. Karena di masa-masa itu, ingatan mereka masih sangat kuat untuk merekam apa saja yang disampaikan kepada mereka. Alangkah baiknya bila ibu memanfaatkan masa-masa itu untuk membentuk karakter dan pribadi anak-anaknya dalam bingkai keimanan dan akhlak yang mulia sehingga menjadi generasi pemimpin bangsa yang bermartabat serta menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt. Sehingga bangsa ini dipenuhi manusia-manusia yang bermartabat dan sekaligus menghargai martabat manusia lain.
Inilah keberhasilan seorang Ibu sebagai pendidik bangsa.
Selamat Hari Ibu! I Love You, Ibu!...

Minggu, 20 November 2011

Dampak Pendidikan Terhadap Eksistensi Bangsa


Oleh: Fresty Restu Pertiwi
Semenjak manusia berinteraksi dengan aktifitas pendidikan semenjak itulah manusia telah berhasil merealisasikan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam segala lini kehidupan mereka. Bahkan pendidikan adalah sesuatu yang alami dalam perkembangan  peradaban manusia. (Yanto,Quo Vadis Pendidikan Modern)
Seiring berkembangnya era globalisasi saat ini, masyarakat semakin berlomba-lomba untuk memperbaiki taraf  hidupnya. Tentunya yang ingin dicapai oleh setiap manusia adalah  kesuksesan dalam hidup. Oleh karena itu sumber daya manusia perlu ditingkatkan secara kontinu  agar dapat bersaing di masa yang akan datang. Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah melalui pendidikan. Dalam undang-undang nomor 20 Tahun 2003 yaitu, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab.
Menurut wiji suprayogi dalam artikelnya Trend Dunia Pendidikan Modern Kita  menyatakan bahwa “Perubahan menuntut sistem dan cara yang berlaku dalam dunia pendidikan harus ikut berubah”. Apalagi saat ini, pendidikan dipercaya sebagai lembaga yang menyiapkan individu agar siap menghadapi tantangan jaman. Pendidikan merupakan ujung tombak keberhasilannya suatu negara karena negara yang cerdas dipengaruhi oleh manusia-manusia yang cerdas. Sebagai bahan perenungan, saya akan memberikan dua gambaran negara yang sungguh-sungguh memperhatikan kualitas dan kuantitas pendidikan di negaranya yaitu negara Amerika Serikat dan negara Jepang. Yanto dalam artikelnya yang berjudul Quo Vadis Pendidikan Modern menceritakan rintisan kemajuan kedua negara tersebut dalam memperbaiki pendidikannya.
Diceritakan, ketika Uni Sovyet meluncurkan pesawat luar angkasanya yang pertama bernama spotnic pada 4  oktober 1957,  pada saat itu Amerika Serikat tergoncang. Spotnic diperbincangkan dan menjadi topik utama di Amerika. Hal ini sangat diperhatikan oleh Dwight D. Eisenhower tidak lain adalah Presiden AS yang ke-34. Ketika itu Presiden AS membentuk agen khusus untuk merespon kejadian besar ini. agen tersebut bukan bertugas untuk menyelidiki kenapa Uni Sovyet berhasil mendahului mereka dalam membuat teknologi secanggih itu dengan meluncurkan pesawat luar angkasa, melainkan mereka mendapat arahan langsung dari presiden untuk melakukan suatu misi yang tidak diduga sebelumnya oleh para pengamat politik waktu itu. Misi mereka adalah meninjau kembali kurikulum pendidikan AS mulai dari jenjang pendidikan dasar sampai tingkat perguruan tinggi. Dengan bersungguh-sungguh menjalankan misi itu dan akhirnya dalam waktu yang singkat agen tersebut berhasil mengeluarkan statement yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan di AS dari semua jenjang pendidikan sudah tidak layak untuk digunakan dan harus direvisi.
Akhirnya Amerika mulai melakukan pembaharuan pendidikan dalam segala segi dan dimensinya.  Sebuah keputusan yang sangat berani waktu  itu. Tetapi itulah konsekuensinya jika ingin berkompetisi dalam  kemajuan peradaban negaranya. Mulai dari kurikulum, mata pelajaran, tenaga pengajar, sarana pendidikan sampai kepada sistem evaluasi pendidikan. Usaha mereka dengan sangat cepat membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Tepatnya pada tanggal 14 juli 1969 mereka berhasil menempatkan  manusia pertama di permukaan bulan. Hanya dalam kurun waktu 12 tahun. Terlihat mereka berhasil mengungguli teknologi Uni Sovyet. Waktu yang relatif singkat, kurang dari masa pendidikan seorang anak dari tingkat dasar sampai jenjang perguruan tinggi.
Negara kedua yang sangat memperhatikan pendidikannya ialah Jepang. Seperti yang telah kita ketahui, ketika seusai kekalahan mereka dalam perang dunia II dengan dibomnya kota Hiroshima dan  Nagasaki. Pada saat yang sama, Jepang mengalami kelumpuhan dalam segala lini kehidupan. Bahkan  kaisar Jepang  yaitu kaisar Showa menyatakan bahwa mereka sudah tidak punya apa-apa lagi kecuali tanah dan air. Penderitaan mereka tidak cukup sampai disitu, karena hukuman sebagai orang yang kalah perang, melarang Jepang untuk membangun angkatan bersenjata. Semua itu menjadi hambatan yang sangat besar untuk dapat bangkit dan membangun sebuah peradaban. Statement tersebut diruntuhkan oleh Jepang karena negara matahari terbit tersebut bangkit perlahan-lahan dengan memperbaharui sistem pendidikan mereka dalam semua jenjang pendidikan. Pada  masa yang relatif singkat kemudian Jepang berhasil membangun negaranya  menjadi negara yang kuat dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Bahkan pada saat ini Jepang menjadi negara ekonomi terkuat yang telah menjadi ancaman bagi AS sendiri.
Apabila dibandingkan dengan bangsa Indonesia yang sama-sama memperbarui negaranya pada tahun 1945. Indonesia menyatakan kemerdekaanya pada tahun 1945 dan Jepang di bom atom pada tahun 1945. Tetapi Jepang telah berlari (sprint)  jauh di depan, kita masih tertatih-tatih bahkan jalan di tempat dan terkadang juga mundur ke balakang. Faktanya dari kemajuan pendidikan di Jepang adalah berubahnya arti dari buta huruf dikalangan rakyat Jepang. Buta huruf  yang sudah tidak ada lagi di Jepang mempunyai arti "tidak bisa menggunakan komputer". Sedangkan buta huruf di negeri kita yang berarti “tidak bisa tulis dan baca”.
Dari cerita fakta kedua negara tersebut sangat mengetuk bahkan mengguncangkan diri kita selaku pemerhati dan sangat interest pada pendidikan. Kemajuan kedua negara tersebut tidak dapat dipisahkan antara pendidikannya yang modern dan teknologi yang semakin canggih. Teknologi yang ada di indonesia pun mulai berkembang yang diadopsi dari negara-negara maju seperti Jepang, Amerika, China. Dengan teknologi yang sekarang ini masyarakat Indonesia mampu memperoleh informasi secara cepat. Tapi, di sisi lain masyarakat bangsa kita belum siap menghadapi kemajuan teknologi ini. Ketika menyaksikan iptek yang mereka ciptakan malah mendistorsi nilai-nilai kemanusiaan menjadi perilaku dan budaya yang “mendewakan” iptek dan menyalahgunakan fungsi dari iptek itu sendiri.
Pada era globalisasi ini, ancaman dan tantangan hadir dari dekadensi budaya sebagai akibat dari gejolaknya arus informasi. Menurut Haryanti “Arus globalisasi di segala segi, membuat akses terhadap pengetahuan keragaman budaya menjadi jauh lebih terbuka.”  Menurut Cahyani “Globalisasi menghadirkan berbagai tuntutan dan perubahan dalam segala pola dan perilaku kehidupan. Dampak tersebut menimbulkan krisis sosial.”  Hal yang sama dikhawatirkan pula oleh Sauri, ”Dapat mengancam eksistensi bangsa Indonesia yang telah pudar dan menghilangnya karakter bangsa”. Kenyataan menunjukkan  hilangnya  jati diri individu-individu manusia Indonesia yang berakibat luntur dan rusaknya karakter bangsa Indonesia dan jati diri bangsa.
Hal ini, perlu penanganan dan perhatian yang sangat khusus bagi pemerintah. Tentunya kita tidak dapat menyalahkan kehadiran teknologi ditengah-tengah kehidupan  kita, karena tak sedikit kehadirannya pun memberikan kontribusi positif bagi negara kita. Seperti yang dipaparkan di atas bahwa lagi-lagi pendidikanlah yang mempunyai peran penting untuk menanggulangi ancaman dan tantangan tersebut. Salah satunya dengan pendidikan karakter. Elkind dan sweet (Boeriswati) memaknai pendidikan karakter sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Upaya pemerintah untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia yaitu dalam kurikulum KTSP sekarang ini, telah menempatkan pendidikan karakter ke setiap mata pelajaran pada pendidikan formal. Dalam harian kompas 27 September 2011 halaman 2 menjelaskan bahwa “Percontohan penerapan pendidikan karakter dikembangkan di 500 institusi pendidikan formal dan nonformal di 33 provinsi” di Indonesia. Sekarang tinggal pendidiknya yang menanamkan pendidikan karakter tersebut ke jiwa para peserta didik, sehingga peserta didik tidak hanya dapat melapalkan pendidikan karakter yang baik dan tidak baik seperti apa, melainkan mereka dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Keputusan tersebut mari kita jalankan dengan sungguh-sungguh karena seperti yang telah dipaparkan di atas bahwa “konsekuensi jika ingin berkompetisi dalam kemajuan peradaban negaranya, harus berani mengambil sebuah keputusan”. 
Salam Perjuangan Pendidikan Indonesia!!!